Pengembangan Inovasi Pangan Lokal, untuk Mencegah Stunting di Masa Depan

oleh

Oleh : Uti Nurliawati

(Mahasiswa PS Ilmu Pangan, Pascasarjana IPB University)

Sumber : Intekai Academy, 2021

Indonesia merupakan salah satu negara yang masih mempunyai permasalahan stunting, yang dimana stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dari tinggi badan normal sesuai dengan usianya, stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis pada masa pertumbuhan anak terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan yaitu dari masa kehamilan hingga usia 2 tahun. Kondisi ini dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitif anak, serta meningkatkan resiko terjadinya penyakit kronis dimasa dewasa (Suratri et al. 2023). Berdasarkan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2023) prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2022 yaitu 21,6% dengan jumlah penduduk yang terus meningkat pada tahun 2023 mencapai 278,8 juta jiwa penduduk (BPS Indonesia 2020), kemungkinan 5 sampai 10 tahun kedepan jumlah penduduk di Indonesia akan semakin meningkat, sehingga pencegahan stunting harus terus dilakukan karena stunting akan berdampak buruk terhadap pada kesehatan dan kualitas hidup anak seperti penurunan kemampuan belajar, penurunan daya tahan tubuh, dan menurunkan resiko terkena penyakit kronis dimasa dewasa.

Selain itu, stunting juga dapat berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi dan Pembangunan nasional, karena anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki produktivitas yang rendah dimasa dewasa.
Stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah asupan gizi pada ibu hamil dan makanan pendamping ASI pada anak, dengan pemanfaatan pangan lokal sebagai bahan baku pembuatan MP-ASI dan makanan tambahan untuk ibu hamil diharapkan dapat menjadi salah satu pencegahan stunting.

Baca Juga  Ade Armando, Korban Kesewenangannya Sendiri

Indonesia merupakan negara dengan pangan lokal yang melimpah, masing-masing daerah memiliki sumber pangan yang khas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi pada ibu hamil dan MP-ASI pada anak, pemanfaatan inovasi pangan lokal juga dapat membantu memperkuat ketahanan pangan nasional dan dapat bersaing dengan produk impor. Sumber pangan lokal dapat di inovasikan dengan berbagai teknologi, sehingga akan mempermudah untuk dikomsumsi salah satunya adalah asupan gizi ibu hamil dan MP-ASI yang instan.

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan sumber pangan lokal dapat digunakan secara instan, misalnya pada bubur instan sebagai MP-ASI dengan bahan pangan menir beras, kacang merah dan ikan oci (Selariodes Leptolesis) yang berasal dari kota Gorontalo memiliki kepadatan gizi yang baik, yang dimana bubur instan tersebut mengandung komposisi gizi yang tinggi dengan kandungan protein 21,8% – 24,39%, lemak 5,73% – 6.65%, kadar karbohidrat 59,88% – 62,54% sehingga dapat digunakan untuk pencegahan stunting (Une et al. 2022).

Selain MP-ASI pada anak, pencegahan stunting juga perlu memperhatikan makanan tambahan ibu hamil untuk menjaga asupan gizi, dengan tujuan memberikan nutrisi yang cukup di masa kehamilan yaitu dengan menginovasikan pangan lokal, misalnya membuat pada cookies dan food bar dengan sumber bahan pangan tepung serelia dari kombinasi hanjeli dan jagung, umbi-umbian (kombinasi singkong dan ubi jalar), kacang-kacangan (kombinasi kacang garut dan kacag hijau) dan ikan (kombinasi ikan lele dan ikan nila), sumber bahan pangan lokal tersebut berasal dari kota tasikmalaya yang dimana cookies dan food bar memiliki kandungan gizi yang cukup, yaitu mengandung kalori total 548,54–525,82% kkal/50 g, kadar lemak 44,20–47,92% kkal/50 g, kadar karbohidrat 44,50–48,70% kkal/50 g, kadar protein 7,10–7,90% kkal/50 g, zat besi 2,63–3,85 mg, seng 1,28–1,79 mg dan kalsium 190,05–231,06 mg (Sumarto et al. 2023).

Baca Juga  Demokratisasidan Keterbukaan Informasi

Dimasa depan seiring bertambahnya penduduk pencegahan stunting dengan inovasi pangan lokal di harapkan dapat aplikasikan, yang dimana masing-masing daerah di Indonesia dapat memanfaatkan pangan lokal sebagai bahan baku untuk membuat MP-ASI dan makanan tambahan ibu hamil yang instan dengan menggunakan beberapa teknologi pengolahan pangan yang sesuai dan dapat digunakan oleh semua masyarakat. Dari berbagai contoh penelitian seperti bahan pangan yang berasal dari Gorontalo dan Tasikmalaya, pangan lokal diberbagai daerah di Indonesia juga diharapkan dapat di olah menjadi produk MP-ASI dan makanan tambahan untuk ibu hamil yang intan, dan dapat dikonsumsi oleh semua kalangan masyarakat dengan harga terjangkau sehingga setiap daerah secara merata dapat mencegah stunting dengan produk hasil inovasi pangan lokal tersebut.

Baca Juga  Pentingnya Ergonomi Di Tempat Kerja Untuk Cegah Cedera Kerja

Produk MP-ASI instan dan makanan tambahan ibu hamil dari pangan lokal dapat diproduksi oleh beberapa UMKM yang ada di setiap daerah sebagai salah satu upaya pencegahan stunting, yang diharapkan dapat merata kesetiap daerah di Indonesia sehingga 5 – 10 tahan kedepan Indonesia dapat menjadi negara dengan tingkat produktivitas yang tinggi dari generasi ke generasi.

Daftar Pustaka
BPS Indonesia. 2020. “Catalog : 1101001.” Statistik Indonesia 2020 1101001: 790. https://www.bps.go.id/publication/2020/04/29/e9011b3155d45d70823c141f/statistik-indonesia-2020.html.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2023. “Menteri Kesehatan Republik Indonesia Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.” : 1–7.

Sumarto, Sumarto et al. 2023. “Development of Emergency Food Products From Various Flour of Cereals, Tubers, Pulses, and Local Freshwater Fish From Indonesia.” Asian Journal of Engineering, Social and Health 2(3): 171–87.

Suratri, Made Ayu Lely et al. 2023. “Risk Factors for Stunting among Children under Five Years in the Province of East Nusa Tenggara (NTT), Indonesia.” International Journal of Environmental Research and Public Health 20(2).

Une, Suryani et al. 2022. “Formulasi Makanan Pendamping Air Susu Ibu Instan Berbahan Dasar Tepung Komposit Formulation of Supporting Food for Instant Mom’S Milk Based on Composite Flour.” Jambura Health and Sport Journal 4(2): 89–98.