FAJARBANTEN.CO.ID – Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Dan Pengenalan Produk Turunan Kelapa Sawit Untuk Pemberdayaan Umkm Sawit Dan Koperasi Pekebun Dalam Program Promosi Dan Kerjasama Di Kabupaten Bengkayang. Kegiatan ini didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP).
Sosialisasi ini melibatkan petani sawit dari 14 desa, penyuluh perkebunan, dan koperasi pekebun dampingan SPKS di Kabupaten Bengkayang. Kegiatan ini diselenggarakan untuk mendukung dan mensosialisasikan program pemerintah untuk kegiatan pemberdayaan dan penguatan koperasi/UMKM sawit serta memperkenalkan praktik baik yang ada dan berbagai produk turunan sawit yang dikembangkan khususnya bagi petani sawit dan koperasi perkebunan dampingan SPKS di Kabupaten Bengkayang.
Marselinus Andri, bidang Advokasi di Serikat Petani Kelapa Sawit, mengatakan bahwa saat ini pengembangan usaha di tingkat petani atau koperasi pekebun di pedesaan terbatas pada pengelolaan kebun yang menghasilkan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit, pengembangan usaha pengolahan hasil masih bertumpu pada swasta dan badan usaha milik negara, begitu juga dalam hal inovasi pengembangan produk turunan sawit, masih minim dilakukan. Padahal seharusnya menjadi alternatif yang dapat meningkatkan nilai tambah dari sekedar memproduksi bahan baku.
Oleh karena itu, pengembangan produk turunan sawit harus menjadi bagian dalam inisiatif pengembangan sawit berkelanjutan serta menjadi pilihan alternatif strategi diversifikasi usaha di level petani sawit di pedesaaan, karenanya perlu pemberdayaan dan penguatan kelembagaan yang berbasis pada Koperasi Pekebun, kata Andri
Program Pemberdayaan dan penguatan UMKM Sawit termasuk koperasi pekebun yang diinisiasi dalam Program BPDP menjadi momentum agar dapat diakses dan memberdayakan kelompok petani termasuk petani perempuan dan koperasi pekebun untuk menginisiasi pengembangan produk berbasis potensi lokal termasuk dari bahan baku kelapa sawit.
Andri menambahkan bahwa dalam tiga tahun terakhir, SPKS melakukan pendampingan, memfasilitasi promosi serta pelatihan pengembangan produk turunan sawit seperti kripik jamur sawit, dodol dan stik berbahan baku umbut sawit, sebagai solusi dalam menambah nilai tambah sawit yang diproduksi pekebun.
Esidorus, Kepala Bidang Perkebunan dan Peternakan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bengkayang terdapat 122 desa di Kabupaten Bengkayang mayoritas masyarakat masih menggantungkan pendapatan rumah tangga dari pengembangan kebun sawit.
Tantangan terbesar di level petani saat ini ada pada aspek produktivitas sawit yang rendah, belum mencapai angka maksimal 24 hingga 36 ton per hektar/tahun. Hal ini berdampak pada rendahnya pendapatan petani di pedesaan.
Esidorus menambahkan bahwa solusi hilirisasi sawit berbasis pada koperasi pekebun diperlukan guna meningkatkan nilai tambah bagi keluarga petani. Karena itu, kolaborasi yang diharapkan dengan mitra pembangunan di Kabupaten Bengkayang, seperti intervensi program yang diinisiasi SPKS diperlukan terutama dalam mengembangkan pelatihan pengembangan produk turunan sawit kepada koperasi-koperasi pekebun yang telah terbentuk.
Vincent Haryono, Pelaku UMKM Produk Turunan Sawit, mengatakan bahwa pengembangan prodak turunan sawit sudah mulai dikembangkan dalam skala kecil pada komunitas petani Perempuan, yang menghasilkan produk seperti jamur sawit, stik dan dodol umbut sawit, meski masih ada berbagai kendala, terutama dalam pemasaran produk, akses pemasaran di pasar modern & ekspor, kurangnya branding & kemasan menarik, minimnya promosi digital (marketplace, media sosial) serta persaingan dengan produk industri besar.
Ada hambatan yang perlu dipermudah dalam pemenuhan aspek legalitas atau regulasi pemerintah, seperti izin usaha, PIRT, halal, BPOM yang cukup rumit dalam pengurusannya, biaya sertifikasi yang tinggi bagi UMKM kecil, termasuk isu global seperti masalah deforestasi & prodak yang sustainable yang dapat menghambat keberterimaan di pasar global.
Berbagai tantangan tersebut memerlukan dukungan dari Pemerintah, lembaga keuangan, dan pendampingan usaha agar menciptakan gairah bagi pelaku UMKM sawit dalam pengembangan produk turunan sawit, termasuk dukungan pemberdayaan dalam aspek literasi keuangan & pencatatan usaha, keterampilan manajerial & digital serta pelatihan dalam inovasi produk turunan sawit.(Red).







