Membedah Politik Monopoli Cina Lewat Mobile Legends

oleh

Kebanyakan dari kita sudah tidak asing ketika mendengar kata “Mobile Legends”, permainan yang tersedia di smartphone dan kerap kali disingkat menjadi ML itu sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia yang biasa mengisi waktu luangnya dengan bermain gim. Meskipun ada seorang yang belum pernah memainkannya, saya yakin seminimal-minimalnya mereka pernah mendengar nama gim tersebut.

Mobile Legends : Bang Bang atau yang biasa disebut sebagai MLBB atau ML adalah sebuah permainan dengan genre MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang tersedia untuk mobile alias kalian bisa memainkannya di perangkat selular seperti smartphone. Permainan ini dirilis oleh perusahaan pengembang gim asal Tiongkok yang bernama Moonton pada bulan Juli tahun 2016. Dapat dilihat bahwa gim tersebut mengambil banyak sekali inspirasi dari gim populer seperti DotA 2 dan League of Legends.

Sadarkah kalian bahwa ML sudah memasuki tahun ke-8 sebagai salah satu gim MOBA mobile tertua saat ini, dan herannya dia masih memiliki popularitas dan jumlah pemain yang sangat banyak di Indonesia. Bahkan jika kita lihat di playstore maka akan tampak bahwa ML adalah peringkat pertama dalam genre MOBA, mengalahkan para kompetitornya seperti Honor of Kings dan League of Legends : Wild Rift.

Di sini saya sudah merumuskan beberapa dugaan yang bisa jadi merupakan alasan mengapa ML dapat mendominasi sektor hiburan gim di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan. Namun sebelum itu kita akan membagi pembahasan kita ke dalam 3 bagian yaitu : tahap perilisan, tahap populer, dan tahap bertahan. Mari kita sama-sama masuk ke bagian pertama yaitu

1. Tahap Perilisan
Mobile Legends di desain untuk menjadi sebuah gim yang ramah untuk semua kalangan, tidak hanya secara teknis permainan namun mencakup hal yang lebih luas dari itu seperti spesifikasi minimum gawai yang dapat digunakan. ML tidak membutuhkan spesifikasi luar biasa untuk dapat dimainkan, gawai yang sudah lawas dan ketinggalan zaman pun kelihatan masih kuat untuk menjalankan permainan ini. Hal inilah yang menjadi salah satu penarik minat bagi masyarakat kelas menengah ke bawah untuk ikut mencoba gim tersebut.

Baca Juga  Demokratisasidan Keterbukaan Informasi

Ini merupakan salah satu revolusi untuk sektor hiburan di Indonesia, karena jika zaman dahulu kita perlu sebuah komputer untuk bisa memainkan gim dengan genre MOBA, sekarang kita hanya perlu sebuah smartphone dengan spesifikasi standar untuk bisa bermain bersama.

Ngomong-ngomong soal bermain bersama, ingatkah kalian tentang sebuah gim fenomenal bernama Clash of Clans?. Gim tersebut telah membuat internet heboh karena telah menjadi gim paling laris di Google Playstore dan Appstore pada tahun 2015. Salah satu faktor yang membuat pemain betah memainkan CoC adalah fitur Clan di mana para pemain membuat suatu kelompok berisi puluhan orang yang nantinya akan beraliansi dan dapat bersosial dengan sesama anggota Clan, tidak hanya itu. Bahkan akan ada waktu ketika perang antar Clan terjadi.

Faktor sosial ini kembali menjadi kunci kepopuleran yang dimanfaatkan oleh ML untuk mempromosikan gim mereka. Berhubung gim mereka adalah permainan yang mengutamakan kerja sama tim, maka tidak sedikit pemain yang nantinya akan mengajak para pemain lain untuk ikut bermain bersama dan membentuk sebuah tim. Sehingga pada akhirnya promosi gim tersebut akan dibantu secara otomatis oleh para pemainnya itu sendiri.

2. Tahap Populer
Hanya dalam satu tahun setelah dirilis secara global, pada tahun 2017 Moonton menggelar turnamen Mobile Legends pertama dengan nama Mobile Legends: Bang Bang Southeast Asia Cup (MSC) pada tahun 2017. Turnamen ini diikuti oleh negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, dan juga Thailand. Indonesia juga berkesempatan untuk mengikuti ajang kejuaraan ini namun sayangnya belum berhasil untuk pulang sebagai juara.

Semenjak tahun 2017 itu, jumlah pemain Mobile Legends selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bahkan menurut data di tahun 2022, jumlah pemain aktif Mobile Legends dari seluruh dunia mencapai 81,25 juta pemain. Yang luar biasanya, 51 juta pemain di antara seluruhnya berasal dari Indonesia.

Baca Juga  Kemungkinan Perang Nuklir Gara-Gara Ukraina

Kepopuleran Mobile Legends juga didukung oleh beberapa kontroversi yang pernah dituai oleh gim tersebut. Salah satunya adalah gugatan dari Riot Games, selaku pengembang dari gim League of Legends pada tahun 2017 atas dugaan plagiarisme. Moonton diduga telah mengambil hak kekayaan intelektual milik Riot Games dengan menjiplak beberapa aset yang diduga berasal dari gim mereka yaitu League of Legends. Meskipun akhirnya kasus ini dibatalkan, namun drama yang berlangsung di antara komunitas sukses mengangkat nama Mobile Legends.

Gugatan yang sama terjadi pula pada tahun 2022 yang menyebabkan kembalinya perseteruan antar komunitas para gamers tentang siapa yang akan menang pada kasus kali ini. Dan lagi-lagi nama Mobile Legends pun melejit dan menjadi trending topic pada saat gugatan itu berlangsung.

3. Tahap Bertahan
Kesuksesan Mobile Legends sebagai sebuah gim yang populer di kalangan masyarakat Indonesia bukan semata-mata didapatkan tanpa usaha, bahkan untuk mempertahankan kepopuleran mereka itu saya rasa lebih sulit dan membutuhkan taktik yang efektif serta mampu mendongkrak terus populernya gim mereka.

Pada tahun 2016, Mobile Legends memiliki beberapa kompetitor. Sebut saja namanya Vainglory dan Arena of Valor, jika kita melihat dari segi kualitas visual yang ditawarkan maka kedua pesaing ML ini akan jauh menang dibandingkan Mobile Legends itu sendiri. Akan tetapi pada akhirnya kedua gim ini kalah saing yang mengharuskan Vainglory untuk tutup server, dan AoV untuk kehilangan para pemainnya. Salah satu faktor yang paling berpengaruh di sini adalah kesesuaian ekonomi yang membuat pemain harus memiliki gawai yang mumpuni sedangkan untuk bermain ML mereka dapat menggunakan gawai yang lebih sederhana.

Pada tahun 2020, Riot Games merilis League of Legends : Wild Rift. Sebuah alternatif bagi para pemain League of Legends yang ingin merasakan bermain secara mobile. Sebagai salah satu kompetitor Mobile Legends yang digadang-gadang dapat mengalahkan popularitasnya, gim ini belum mampu menyaingi Mobile Legends dalam segi jumlah pemain. Dari yang dikemukakan para pemain, Wild Rift memiliki mekanisme permainan yang lebih rumit dari ML, sehingga pemain menjadi “malas” untuk belajar memainkan gim baru *yang akhirnya memutuskan untuk tetap singgah di Mobile Legends.

Baca Juga  Blackpink, Kaum Muda dan Nasionalisme

Kemudian pada tahun 2024, Honor of Kings rilis secara global. Gim ini adalah MOBA mobile paling populer di negara Cina. Dan kehadiran gim ini bisa dibilang membuat Moonton menjadi “panik”. bagaimana tidak, mengusung tagline Moba for All; Honor of Kings dirasa menjadi kompetitor yang paling pas untuk menyaingi Mobile Legends karena beberapa kemiripan yang dimilikinya, salah satunya adalah persyaratan gawai yang rendah.
Kepanikan Moonton bisa dilihat ketika gim Honor of Kings dicap oleh komunitas sebagai “game baik” dikarenakan mereka menjanjikan kosmetik yang bisa didapatkan secara gratis hanya dengan bermain gim nya saja. Dengan cepat Mobile Legends pun melakukan tindakan agar para pemain tidak tergiur dan pindah dengan cara memberikan event yang serupa yaitu bagi-bagi kosmetik gratis pula.

Hal ini lucu namun nyata, dapat dilihat kalau mereka takut kehilangan audiens yang telah mereka bangun. Dan segala cara akan terus mereka lakukan agar para pemain tetap setia memainkan gim mereka. Bahkan ada rumor yang mengatakan bahwa tim yang sudah mengikuti turnamen Mobile Legends tidak boleh mengikuti turnamen di gim lain. Tapi ingat, ini baru rumor dan belum bisa dipastikan kebenarannya, atau mungkin hanya ditutupi saja?. Who knows.

Terakhir, apakah kalian tahu Lokapala?. Itu adalah gim MOBA mobile yang dikembangkan oleh produser gim asal Indonesia. Apakah mereka memiliki jumlah pemain yang banyak? Tidak. Kecenderungan kita terhadap produk luar sudah terlalu akut hingga faktor hiburan tidak dapat kita penuhi dengan mengonsumsi produk lokal. Saya akui masih banyak kekurangan yang ada di produksi kita akan tetapi kalau bukan kita m*endukung karya anak bangsa maka siapa lagi yang bisa?. Ayo konsumsi produk lokal kawan, mari kembangkan sektor ekonomi kreatif kita dan jangan mau termakan zaman.