Fajarbanten.co.id – Debat ke-2 Pilkada Kota Serang yang baru saja rampung pada Rabu (12/11/2024) kemarin menampilkan banyak hal unik. Dimana ada calon yang hanya menghadirkan calon wakil walikotanya dan ada juga sosok wanita satu-satunya di panggung debat.
Hal inilah yang menjadi sorotan bagi sebagian tamu dan penonton baik live maupun masyarakat di rumah.
Ya sosok Ratu Ria sebagai calon walikota nomor urut 1 dengan pasangannya Subadri Usuludin menyita perhatian dengan jawaban-jawaban tegas dari setiap pertanyaan yang diajukan baik dari panelis maupun calon lain.
Salah satunya dari Ketua DPD Partai Perindo Kota Serang Rini Soraya yang melihat penampilan Ratu Ria saat debat bak Laksamana Malahayati (laksamana wanita pertama di Aceh) yang melawan penjajahan Belanda era Tahun 1585 – 1604 lalu.
“Hanya bedanya, ibu Ratu Ria di jaman sekarang yang akan memimpin perjuangan di Tanah Jawara. Karena di Kota Serang sebagai ibukota Provinsi perlu sosok tegas, cerdas, kuat, berani untuk memimpin Kota Serang kepada perubahan yang jauh lebih baik,” ujar wanita yang akrab disapa Bu Rinso ini saat diwawancara, Jumat (16/11/2024).
Rini juga mengungkapkan beberapa alasan Partai Perindo menjatuhkan pilihan dan dukungan kepada Ratu Ria – Subadri diantaranya Ratu Ria sebagai sosok wanita yang memiliki pemikiran jauh lebih sensitif terhadap berbagai masalah sosial seperti pendidikan, kemiskinan, pengangguran serta kesehatan.
“Sebagai generasi muda saya melihat kecakapan beliau sebagai pimpinan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan Kota Serang yang ada. Beliau juga seorang visioner yang kami yakini akan membuka Kota Serang untuk hadirkan para investor dan tentu akan membuka jalan bagi permasalahan perekonomian di Kota Serang.” beber Rini.
Belum lagi, lanjut Rini, beberapa visi Ratu Ria yang memiliki misi akan mengubah wajah Kota Serang lebih modern, maju sebagai ibukota Provinsi Banten.
Walaupun dirinya menyadari banyak sekali anggapan yang menyatakan kurang sependapat jika seorang wanita memimpin, tapi pihaknya sebagai sebuah partai modern dan berkebangsaan, gender bukan menjadi masalah dalam pemikiran untuk memajukan sebuah daerah atau bangsa.
Rini menggambarkan, Kota Surabaya, misalnya yang sempat dipimpin seorang wanita dan hasilnya di luar dugaan. Kota Surabaya jauh lebih bersih, tertata, dan tingkat kepuasan masyarakatnya sangat luar biasa terhadap sosok Risma.
“Saya berharap masyarakat Serang mampu melihat seperti apa yang kami lihat. Jangan lagi alasan gender menjadi alat menjatuhkan lawan. Tapi jadikan alat pemersatu bangsa semua masa depan yang lebih baik,” pungkas Rini. (yogi)