Manajemen Talenta Seleksi Sekda Versus SPMB, RSUD Cilograng, RSUD Labuan – Pilkada 2024 : Kenangan Indah dan Harapan Masyarakat Banten

oleh
Muhamad Rizaldi, S.H Ketua Civilian Perspective Initiative

Oleh : Muhamad Rizaldi, S.H Ketua Civilian Perspective Initiative

Pilkada 2024 bukan sekadar kontestasi politik. Ia telah menjadi momentum emosional dan spiritual bagi masyarakat Banten sebuah kenangan yang mengendap dalam sejarah dan secercah harapan untuk masa depan. Harapan agar Banten bangkit dari keterbelakangan, ketertinggalan, dan sistem yang selama ini dibelenggu oleh praktik korupsi dan kekuasaan dinasti.

Dua tokoh besar bertarung gagah. Di satu sisi, sosok yang mewakili kekuatan populeritas dan jaringan kekuasaan lama, sering disebut sebagai bagian dari “Dinasti Ratu Banten”. Di sisi lain, muncul tokoh dari rakyat biasa, yang pernah menjadi sopir angkot, kurir, bahkan buruh bangunan. Lahir dari keluarga sederhana di Payakumbuh, ia datang membawa harapan: perubahan total untuk Banten yang adil, merata, dan bebas dari korupsi. Ia dikenal sebagai “anak petani”, Andra Dimyati sebuah simbol kebangkitan rakyat kecil.

Masyarakat Banten tidak peduli dari mana ia berasal, karena yang mereka lihat adalah niat dan keberanian untuk meruntuhkan tembok ketidakadilan yang sudah terlalu lama membelenggu tanah jawara ini. Mereka menitipkan satu amanah besar: wujudkan Banten yang maju, adil, dan bersih dari korupsi!

Baca Juga  Tim Fairway Putri Woodball Sumbang Emas untuk Banten

100 Hari Pemerintahan: Harapan Mulai Dipertanyakan

Memasuki 100 hari pertama pemerintahan, Andra Dimyati menggebrak dengan satu keputusan besar: membuka seleksi jabatan Sekretaris Daerah (Sekda) melalui sistem manajemen talenta. Ini adalah langkah revolusioner yang jarang terjadi dalam sejarah birokrasi Banten. Pengangkatan pejabat tinggi dilakukan berdasarkan sistem merit yang disusun Badan Kepegawaian Negara (BKN), dengan 9 indikator objektif untuk menilai kapasitas pegawai secara menyeluruh.

Sistem ini seharusnya menjadi tonggak untuk menutup ruang kolusi, nepotisme, dan intervensi politik dalam pengisian jabatan. Enam nama dengan talenta terbaik pun muncul hasil dari proses ini.

Namun, harapan itu mulai retak.Publik kecewa ketika proses yang dijanjikan transparan justru ditutup rapat. Tidak ada pengumuman nilai, tidak ada rincian objektif, dan peringkat peserta disimpan rapat. Kecurigaan pun bermunculan. Di balik jargon meritokrasi, publik melihat bayangan masa lalu yang menyeruak kembali. Dan lebih menyakitkan, yang terpilih justru sosok yang dianggap bagian dari rezim lama. Harapan akan perubahan mulai pudar, digantikan kekecewaan: “Apakah Banten benar-benar lepas dari masa lalunya?”

Baca Juga  Deteksi Dini Gangguan Kamtib, Rutan Pandeglang Sidak Hunian WBP

RSUD CILOGRANG dan LABUAN: Luka Kedua

Sebelum kisruh seleksi sekda, publik masih terluka dan dikejutkan oleh proses rekrutmen pegawai RSUD Cilograng dan RSUD Labuan. Sang Gubernur dengan lantang menyatakan: rumah sakit ini dibangun untuk putra daerah, bukan untuk titipan. Tapi kenyataan berkata lain.Putra-putri daerah yang selama ini menunggu kesempatan justru tersingkir. Rekrutmen dipenuhi suara-suara sumbang, tentang ketidakjujuran panitia, proses yang tidak transparan, dan kecurigaan terhadap campur tangan pihak luar. Harapan masyarakat kembali terkoyak. Janji bahwa Banten akan adil untuk semua kembali dipertanyakan.

SPMB dan Pendidikan Luka Ketiga

Gubernur dan Wakil Gubernur kembali menggugah perhatian publik dengan pernyataan keras: “Tidak ada titipan dalam PPDB! Siapapun kepala sekolah atau pejabat yang melanggar akan dicopot!”

Sebuah janji berani yang disambut optimisme oleh masyarakat.Namun lagi-lagi, realitas berbicara sebaliknya.Kisruh PPDB meledak di berbagai daerah. Di Tangerang, warga sampai menyegel jalan menuju sekolah karena anak-anak mereka yang tinggal dekat justru tidak diterima. Memo-memo “tidak resmi” mencuat. Kepala sekolah dicopot. Semrawut.

Baca Juga  Presiden Jokowi Saksikan Pengucapan Sumpah Arsul Sani Jadi Hakim Mahkamah Konstitusi

Dan masyarakat pun bertanya lagi: “Di mana keadilan itu, Pak Gubernur? Bukankah Anda berjanji akan mewujudkan pemerintahan yang adil dan bebas korupsi?”

Refleksi : Jalan Panjang Perubahan

Tiga kejadian besar dalam 100 hari ini—seleksi Sekda, rekrutmen RSUD, dan SPMB menjadi cermin bahwa perubahan bukan hanya tentang jargon dan semangat. Ia menuntut keberanian untuk jujur, konsisten, dan melepaskan ego kekuasaan.

Masyarakat Banten telah menaruh harapan besar kepada Anda, Pak Andra Dimyati. Anda bukan sekadar pemimpin biasa. Anda adalah simbol perlawanan terhadap kekuasaan lama. Anda membawa nama rakyat kecil, anak petani, dan semangat perubahan.Tapi bila transparansi dikhianati, bila keadilan digadaikan, dan bila sistem merit hanya menjadi topeng, maka semua mimpi itu akan berubah menjadi penyesalan. Rakyat tidak butuh penguasa baru yang bersolek dengan jargon perubahan rakyat butuh pemimpin yang jujur, berani, dan berpihak pada kebenaran.

Masih ada waktu. Bangun pondasi itu dengan kejujuran. Jangan biarkan Banten kembali ke dalam pelukan dinasti dan praktik korup. Jika tidak, sejarah akan mencatat: “Kami telah keliru memilih Anda.”