Mengungkap Sejarah dalam Bingkai Etika Islam

oleh
Ketua Umum Banten Genius Network

Oleh : Yemmelia
(Ketua Umum Banten Genius Network)

Sejarah adalah cermin perjalanan umat manusia, termasuk umat Islam. Melalui sejarah, kita belajar mengenali jati diri, memahami keberhasilan, dan mengambil pelajaran dari kegagalan. Namun, dalam Islam, mengungkap sejarah tidak boleh dilakukan secara serampangan. Ada batasan moral dan kaidah syariat yang harus dijunjung tinggi agar sejarah menjadi sumber hikmah, bukan sumber fitnah.

Islam menempatkan kejujuran sebagai pilar utama dalam penyampaian informasi, termasuk sejarah. Apalagi jika sejarah itu dipelintir untuk kepentingan politik, kekuasaan, atau sekadar memuaskan ego kelompok tertentu.

Tidak sedikit di zaman ini, sejarah dijadikan alat propaganda. Fakta dirombak, tokoh-tokoh besar dihujat tanpa dasar, atau peristiwa diputarbalikkan. Ini bertentangan dengan prinsip Islam yang mewajibkan amanah dalam ilmu pengetahuan.

Baca Juga  Ade Armando, Korban Kesewenangannya Sendiri

Sejarah tidak selalu berisi kisah heroik. Ada juga bagian kelam, konflik internal, bahkan pengkhianatan. Islam mengajarkan untuk berhati-hati dalam membuka sisi-sisi gelap tersebut. Bukan berarti harus memanipulasi atau menyembunyikan kebenaran, namun penyampaiannya harus mempertimbangkan maslahat dan mudaratnya.

Rasulullah ﷺ bersabda, *“Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.”* (HR. Muslim). Mengungkap sisi gelap sejarah boleh dilakukan, tetapi niatnya harus untuk memperbaiki, memberi pelajaran, bukan mempermalukan atau menumbuhkan kebencian.

Baca Juga  Renungan Pergantian Tahun 2023, Sebagai Muhasabah, Tantangan dan Harapan

Sejarah sering menjadi bahan bakar konflik yang tak kunjung padam. Di berbagai belahan dunia, dendam masa lalu diwariskan turun-temurun hanya karena sejarah dipelintir atau disampaikan tanpa hikmah. Islam dengan tegas melarang memprovokasi permusuhan.

Oleh sebab itu, dalam mengungkap sejarah konflik, khususnya di kalangan umat Islam sendiri, harus penuh pertimbangan. Jangan sampai niat menggali sejarah malah memperpanjang luka lama dan memperkeruh persatuan umat.

Tujuan utama mempelajari dan mengungkap sejarah dalam Islam adalah mengambil pelajaran (*’ibrah*).

Baca Juga  Menguatkan Pengembangan Usaha Koperasi Dengan Sistem Informasi Manajemen

Artinya, sejarah seharusnya menjadi sarana pendidikan, memperkuat iman, membangun karakter, dan menghindarkan kita dari kesalahan yang sama. Bukan alat untuk saling menjatuhkan, memperuncing perbedaan, atau menyebarkan narasi kebencian.

Mengungkap sejarah adalah hak, namun harus dibarengi kewajiban moral dan tanggung jawab sosial. Islam mengajarkan keseimbangan antara kebenaran, adab, dan kemaslahatan. Jika sejarah disampaikan tanpa etika, ia bisa berubah menjadi senjata memecah umat. Sebaliknya, jika diungkap dengan jujur, ilmiah, dan penuh hikmah, sejarah menjadi cahaya penerang peradaban.

Mari kita jadikan sejarah sebagai sumber pelajaran, bukan sumber permusuhan.