FAJARBANTEN.CO.ID – Korupsi di Indonesia telah menjadi momok yang menghantui setiap lapisan masyarakat. Dari pejabat tinggi hingga rakyat kecil, praktik-praktik korupsi kerap ditemukan di berbagai sektor. Namun, apa sebenarnya akar dari permasalahan ini?
Jika kita berbicara tentang korupsi dari perspektif manusia, sebenarnya korupsi dilakukan oleh dua tipe manusia saja. Pertama, manusia dengan kebutuhan, yang biasanya melakukan korupsi kecil-kecilan. Kedua, manusia dengan kekuasaan, yang melakukan korupsi besar-besaran.
Pernyataan ini disampaikan oleh Taufikurahman Ruki dalam acara Rakernas Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) di Jayakarta Hotel, Jakarta, Selasa 30 Juli 2024. “Meskipun pendapatan anggota DPR dan gubernur sudah besar, mengapa korupsi tetap terjadi? Hal ini terjadi karena sistem yang lemah,” ungkap Ruki.
Sistem yang dimaksud adalah fondasi utama yang seharusnya mampu mengurangi tindak kejahatan korupsi. Namun, kenyataannya, sistem pelayanan publik kita masih belum optimal. Sebagai contoh, sistem pelayanan pengurusan izin yang masih terasa sangat sulit dan berlarut-larut, sering kali menciptakan celah bagi praktik-praktik korupsi.
“Saya mengajak kita semua untuk mengevaluasi sistem yang ada untuk diperbaiki. Sistem politik kita, sistem daerah, dan sistem lainnya perlu direformasi. Kita harus menciptakan sistem yang kuat dan akuntabel,” tegas Ruki.
Korupsi tak akan merajalela di Indonesia jika ada dua orang saja yang memiliki komitmen kuat untuk menghapusnya. “Cukup komitmen kuat dan akuntabel dari Presiden dan Ketua Mahkamah Agung. Kita butuh pemimpin seperti itu, dan pemerintah harus berani merapihkan sistem yang ada,” tambahnya.
Pada akhir pidatonya, Ruki menutup dengan sebuah pantun, “Kemiskinan mungkin tidak akan membuat negara ini kacau balau, tetapi tanpa keadilan, negara ini akan hancur berantakan.” Kalimat ini mencerminkan betapa pentingnya keadilan dalam menjaga kestabilan dan keberlangsungan sebuah negara.
Perjuangan melawan korupsi memang tidak mudah dan memerlukan usaha yang konsisten dari semua pihak. Namun, dengan komitmen bersama dan perbaikan sistem yang mendasar, korupsi di Indonesia bisa diminimalisir. Inilah harapan Taufikurahman Ruki untuk masa depan Indonesia yang lebih bersih dan adil.(***)