Tukuh Kampung :Tradisi Tujuh Tahunan di Tanah Ulayat Baduy

oleh
Ahmad Yani Sekjend Banten Genius Network

Oleh : Ahmad Yani
Sekjend Banten Genius Network

Sebuah tradisi Tujuh Tahunan yang masih dilestarikan di Baduy merupakan perhitungan naktu dan batas sebuah perkampungan yang masih dilestarikan hingga kini.

Jika kita melihat secara fakta dilapangan pertumbuhan perkampungan adat di Badu Luar terus bertambah, sedangkan perkampungan di Baduy Dalam tetap berjumlah tiga kampung dengan luasan kampungnya semakin luas.

Tahukah anda, tradisi *Tukuh Kampung* adalah salah satu penyebab bertambahnya perkampungan baru di Baduy Luar dan perpindahan kampung di Baduy Dalam.

Dalam rangka upaya untuk mewujudkan sebuah perkampungan yang Gemah Ripah, Repeh Rapih,
dan Loh Jinawi, maka dalam penentuan lahan untuk perkampungan tidak sembarang asal membangun dilahan yang tersedia, namun ada tata cara unik dan menarik yang belum banyak diketahui masyarakat Luar Baduy.

Tukuh Kampung yaitu tradisi untuk menentukan batas luasan perkampungan yang ideal, yakni diantaranya adalah menjadikan perkampungan tersebut nyaman, aman dan sejahtera untuk penghuninya.

Baca Juga  Optimalkan Pariwisata untuk Tingkatkan PAD

Secara umum Tmtradisi Membuka Lahan Untuk Perkampungan atau Pemukiman secara tradisional Sunda Baduy sebagai berikut :
1. Bares Kolot Baduy melakukan observasi lokasi yang akan dijadikan lahan untuk pemukiman;
2. Beberapa kriteria yang dipersyaratkan adakah meliputi : Ketersediaan air untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, tidak menggangu habitat hewan, tidak berpotensi Longsor dan atau banjir, tidak berpotensi kekeringan, tidak merusak hutan dan banyak lagi syarat lainnya.
3. Waktu pengolahan lahan untuk perkampungan dan pemukiman. Mengikuti petunjuk Pu’un.
4. Sebelum pengolahan lahan bajak perkampungan dilakukan Tukuh Kampung awal.
5. Mulailah pembangunan pemukiman atau perkampungan dilakukan
6. Setiap tujuh tahun kedepan dilakukan lagi Tukuh kampung tersebut.
7. Tidak diatas lahan komplek pemakaman

Baca Juga  MENGGENJOT PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH UNTUK MEMBANGUN BISNIS RITEL

*Tradisi Tukuh Kampung di Baduy Luar*

Pembukaan lahan untuk perkampungan baru di Baduy Luar didasarkan atas hasil perhitungan Dalam tradisi Tukuh Kampung pada kampung sebelumnya.

Misalnya di kampung Gajeboh, berdasarkan hasil Tukuh Kampung batas kampungnya adalah jembatan bambu dan sebelum Leuwi Setya sungai Ciujung dan Dinding bukit di belakang perkampungannya.

Namun seiring waktu pertambahan penduduk terus meningkat dan tidak dapat melakukan perluasan di kampung Gajeboh untuk pembangunan rumah baru, walaupun nampak masih ada lahan kosong di sisi ujung kampungnya.

Dengan demikian maka dibuka kampung baru yaitu kampung Marengo yang tidak jauh dari kampung Gajeboh yang telah tetapkan da. dilakukan Tukuh Kampung.

Ada juga yang disebabkan kebakaran, seperti kampung Cicakal Muara yang tebakar sebelumnya pindah ke area yang baru yaitu dilokasi Cicakal Leuwi Buleud .

Baca Juga  Menghapus Stempel Rendah Sumber Daya Manusia (SDM)

Demikian juga kampung Marengo dan kampung Leuwibuled dilakukan Tukuh Kampung dan jika sudah tidak memungkinkan untuk menambah rumah Tunggak, maka mereka pindah perkampungan baru.

*Tradisi Tukuh Kampung di Baduy Dalam*

Berbeda halnya dengan di perkampungan Baduy Dalam, yaitu selamanya tidak akan menambah perkampungan baru dan tetap tiga kampung yang terdiri dari kampung Cibeo, Cikartawana dan Cikeusik.

Bilamana hasil Tukuh Kampung jumlah rumah Tinggal yang ada sudah sampai batas kampung, maka tidak dibolehkan lagi membangun rumah Tunggak di luar batas tersebut

Namun demikian, mereka dapat tinggal di rumah kerabatnya sampai kemudian ditetapkan untuk pindah kampung ke lahan baru yang hasil Tukuh Kampungnya lebih luas.

Demikian juga jika kampung itu terbakar, maka pindah ke lahan baru untuk perkampungan secara menyeluruh.