Fajarbanten.co.id -Seorang tokoh ulama asal Banten selatan, KH Ading Subarna, Lc (73) telah wafat. Sebelumnya almarhum sempat dirawat selama dua hari di RSUD Malingping, ia dilaporkan tutup usia pada Jumat malam (13/09/2024) sekitar Pukul 23.45 Wib, almarhum meninggalkan seorang istri dan 7 orang putra putri.
Almarhum disalatkan di mesjid dekat rumahnya, Kp Cemlakasari Sukaraja dan dimakamkan di Kramat Malingping sekitar Pukul 09.45 WIB.
“Sebelum meninggal almarhum sempat dibawa ke rumah sakit Malingping sejak hari Rabu pagi sekitar Pukul 03.00, saat itu mengalami shock muntah-muntah, setelah dirawat awalnya sempat membaik, lalu pada Jumat sore kritis lagi. Dan pada Pukul 23.46 meninggal dunia,” ungkap ustadz Oji Fahruroji yang juga murid almarhum.
Sosok yang dikenal pendidik ini juga sebagai tokoh ulama sekaligus dai yang dikenal berani lantang dalam menyuarakan kritik sosial dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
“Beliau sosok yang tekun dan pemberani. kadang yang dipikirkannya tentang pembinaan umat. Ia selalu berani berkorban untuk umat. Dalam berdakwah almarhum selalu bersuara lantang terutama pada kritik sosial. Apa yang dilakukannya tak lain untuk menegakan amar ma’ruf nahi munkar,” ujarnya.
Menurut Ahmad Ruyani, mendiang KH Ading Subarna bin Abdul Latif ini dikenal orang yang tekun, terutama dalam mengembangkan pendidikan keagamaan. Hal itu dilakukannya jika ada jadwal libur mondok di Ponpes Darrusalam Gontor, Ponorogo Jawa Timur.
“Dia juga orangnya konsisten. Saya melihat Pa Haji Ading ini hidupnya murni dibaktikan untuk pendidikan Islam. Seluruh hidupnya dicurahkan untuk membesarkan Mathla’ul Anwar (MA). Jadi MA telah kehilangan beliau. Termasuk Lebak selatan telah kehilangan beliau. Semoga almarhum husnul khatimah, Aamiin,” tutur Ahmad Ruyani, teman baik almarhum.
Diketahui, dalam perjalanan hidup almarhum di Malingping, paska rampung mondok dari Gontor, mendiang sempat melanjutkan pendidikan di jurusan Adab pada University of Madinah, Kerajaan Saudi Arabia sampai lulus pada 1982 dengan meraih gelar Licentiate (Lc).
Sepulang dari menimba ilmu di Timur Tengah tersebut, almarhum memilih konsentrasi mengabdikan diri di Cikeusik Malingping untuk membesarkan wadah MA.
Wadah MA itu disiarkannya hingga kawasan Kabupaten Lebak sampai akhir hayatnya. Termasuk mengembangkan sayap Universitas Mathla’ul Anwar (Unma) Banten.
Teman kecil almarhum, KH Rujai, BA menyebut KH Ading sejak belia ikut ibu kandung bersama ayah sambung yang mengurus perguruan MA di Baksel.
“Ia teman saya dari kecil, orangnya baik, berani dan tegas. Ia mulai tinggal di Malingping sejak kelas 3 ibtidaiyah MA di Cikeusik itu. Ikut ibundanya Umi Icah dan ayah sambungnya Bapak KH Rasiman,” terang KH Rujai.
Kiprah mendiang dalam membina dan mengembangkan sistem pendidikan Islam sangat spektakuler, yakni dengan konsep boarding school di Ponpes yang dibinanya Raudlatul Jannah, itu diperuntukan para siswa-siswi Mathla’ul Anwar yang berlokasi di Kampung Cempakasari Desa Sukaraja Kecamatan Malingping.
Jelas kata pepatah, Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meniggalkan gading dan manusia mati tentu yang dipandang adalah amal perbuatannya.