Fajarbanten.co.id, Pandeglang – Cicih (30), warga Kampung Cigebang Hilir, Desa Tanjungan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, terpaksa ditandu menggunakan kain sarung dan bambu menuju tempat persalinan.
Kondisi jalan yang rusak parah membuat kendaraan tidak dapat melintas, sehingga warga harus menempuh perjalanan untuk menandu sejauh kurang lebih 2 kilometer, dan setelah itu menggunakan mobil selama kurang lebih 3 jam perjalanan.
Menurut Cicih, ia mengaku perjalanan tersebut sangat berat untuk dilalui, agar dapat melahirkan anak keduanya.
“Alhamdulillah anak kedua saya lahir dengan selamat. Tapi perjalanan menuju Bidan Desa benar-benar melelahkan. Saya menahan sakit, takut, dan cemas karena khawatir melahirkan di tengah jalan,” tuturnya.
Ia menceritakan bahwa proses penanduan berlangsung hampir satu jam. “Perasaan saya campur aduk, menahan mules dan sakit selama ditandu. Jaraknya cukup jauh, jadi sangat melelahkan,” tambahnya.
Selain ibu hamil, warga yang sakit juga harus ditandu menggunakan bambu dan kain, salah satunya Anisah (55) yang mengalami sakit gula darah dan sakit perut. Menurut Dariah (30), salah satu anak Anisah, bahwa tindakan ini dilakukan karena tidak ada pilihan lain. Sehingga kata dia, pasien tersebut harus ditandu, karena melihat kondisi jalan yang sulit dilalui oleh kendaraan.
“Kejadiannya kemarin, Kamis, 2 Januari 2025. Ibu saya hendak dibawa ke mantri yang lokasinya berada di desa yang berbeda, saat itu kondisi nya setelah hujan, kendaraan roda empat tidak bisa lewat. Warga akhirnya menandu menggunakan kain sarung,” ungkapnya, kepada wartawan, Jumat, 3 Januari 2025.
Menurut Dariah, kondisi ini telah menjadi hal biasa bagi warga yang hendak berobat maupun melahirkan.
“Setiap ada yang sakit atau hendak melahirkan, pasti ditandu. Jalan berlumpur dan licin membuat kendaraan sama sekali tidak bisa melintas,” katanya.
Ia menambahkan, warga hanya bisa pasrah melihat kondisi jalan yang sudah puluhan tahun tidak pernah diperbaiki oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang.
“Mungkin sebelum saya lahir pun jalan ini belum pernah dibangun. Sejak kecil hingga sekarang, kondisinya tetap rusak,” keluhnya.
Dariah berharap Pemerintah Kabupaten Pandeglang memberikan perhatian lebih terhadap kondisi jalan tersebut. “Kami merasa belum merdeka. Tolong perbaiki jalan ini, karena sangat menyulitkan kami, terutama untuk akses kesehatan,”pintanya.
Sementara itu, Kepala Desa Tanjungan, Sarmin, tidak dapat dimintai tanggapan karena nomor teleponnya dalam keadaan tidak aktif. (Asep)