Ancaman Banten Emas 2045 Akibat Generasi Brain Rot

oleh
Achmad Rifai

Oleh : Achmad Rifai
Dosen UNBAJA

Pemerintah Provinsi Banten memfokuskan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Banten Tahun 2025-2045 pada pencapaian Indonesia Emas. Tata kerja RPJPD Provinsi Banten 2025-2045 sejalan.serta mendorong pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.

Program Banten Emas 2045 akan terancam tidak tercapai apabila generasi penerusnya terpapar Generasi Brain Rot! Istilah ini mungkin merujuk pada fenomena penurunan kemampuan kognitif atau penurunan kualitas pemikiran kritis pada generasi tertentu, terutama di era digital ini.
Kemajuan teknologi digital sangat potensial mendorong produktivitas sumber daya manusia dalam memajukan segenap sektor kehidupan. Namun, di balik masifnya teknologi itu tersimpan ancaman yang justru mendegradasi mutu kualitas manusia, tak terkecuali bagi para generasi muda.

Tanpa disertai batasan norma yang jelas dan literasi yang memadai, kemajuan teknologi digital hanyalah alat yang rentan membuat terlena dan membuang masa produktif para generasi bangsa.

PENYEBAB POTENSIAL BRAIN ROT
Beberapa kemungkinan penyebab Generasi Brain Rot antara lain:
1. Ketergantungan pada teknologi: Penggunaan teknologi yang berlebihan dapat mempengaruhi kemampuan kognitif dan mengurangi kemampuan berpikir kritis.
2. Kurangnya aktivitas mental: Kurangnya aktivitas mental yang menantang dapat menyebabkan penurunan kemampuan kognitif.
3. Informasi yang berlebihan: Paparan informasi yang berlebihan dapat menyebabkan kebingungan dan penurunan kemampuan untuk memproses informasi secara efektif.

DAMPAK BRAIN ROT
Dampak dari Generasi Brain Rot dapat meliputi:
1. Penurunan kemampuan kognitif: Penurunan kemampuan berpikir kritis, memori, dan kemampuan problem-solving.
2. Ketergantungan pada teknologi: Ketergantungan yang berlebihan pada teknologi dapat mempengaruhi kemampuan untuk berpikir secara mandiri.
3. Kurangnya kreativitas: Kurangnya kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif.

Saat Indonesia tengah sibuk membangun visi Indonesia Emas 2045, sebuah cita-cita menjadi negara maju tepat di usia kemerdekaan ke-100, ancaman tersembunyi datang dari sesuatu yang jarang dibahas dalam wacana pembangunan: fenomena brain rot di kalangan generasi muda. Istilah ini merujuk pada penurunan kualitas berpikir, kemampuan analisis, dan daya tahan mental akibat konsumsi berlebihan konten digital instan dan dangkal.

Baca Juga  Blackpink, Kaum Muda dan Nasionalisme

World Economic Forum (2023) dalam laporannya tentang Future of Jobs menyebutkan, 85 juta pekerjaan di dunia akan hilang akibat otomasi pada 2025, dan hanya akan tergantikan oleh pekerja dengan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan pemahaman digital yang baik. Tanpa SDM yang siap, peluang Indonesia menjadi negara maju bisa jadi hanya tinggal mimpi.

Data yang dirilis We are Social menunjukkan ada 212 juta penduduk Indonesia yang menggunakan internet pada tahun 2025. Artinya, akses masyarakat Indonesia terhadap internet mencapai 74,6 persen. Dari angka tersebut, ada 143 juta orang atau setara 50,2 persen masyarakat Indonesia yang sudah terkoneksi dengan platform media sosial per Januari 2025.

Secara komposisi, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2024 mengidentifikasi bahwa kontribusi internet Indonesia didominasi kalangan generasi muda produktif. Rinciannya, terdiri dari kelompok gen Z (kelahiran 1997-2012) yang mencapai 34,40 persen dan generasi millenial (kelahiran 1981-1996) 30,62 persen.

Untuk generasi lainnya, rata-rata presentasenya berada di bawah 20 persen. Gen X (kelahiran 1965-1980) 18,98 persen; post gen Z (kelahiran di atas tahun 2013) sebesar 9,17 persen; baby boomers (kelahiran 1946-1964) sebesar 6,58 persen; dan pre-boomer (kelahiran sebelum tahun 1945) yang hanya 0,24 persen.

SOLUSI MENGATASI BRAIN ROT
Beberapa solusi untuk mengatasi Generasi Brain Rot antara lain:
1. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis: Meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui aktivitas mental yang menantang.
2. Mengurangi ketergantungan pada teknologi: Mengurangi penggunaan teknologi yang berlebihan dan meningkatkan aktivitas mental yang tidak terkait dengan teknologi.
3. Meningkatkan kreativitas: Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif melalui aktivitas yang mempromosikan inovasi dan kreativitas.

Penyebab brain rot saling berhubungan antara satu penyebab dengan penyebab lainnya. Misalnya, penggunaan teknologi berlebihan dengan kurangnya aktivitas fisik dan olahraga. Di sisi lain terjadi pola makan yang tidak seimbang pada individu. Kurangnya tidur dan istirahat serta adanya stres dan tekanan kerja yang tinggi juga turut menyebabkan terjadinya fenomena ini.

Baca Juga  Pentingnya Ergonomi Di Tempat Kerja Untuk Cegah Cedera Kerja

Untuk mengatasi brain rot, dapat mengambil sejumlah Langkah-langkah berikut:
Batasi Waktu Penggunaan Gawai Buat aturan yang jelas mengenai durasi penggunaan gawai setiap hari. Idealnya, waktu penggunaan media sosial tidak lebih dari 1-2 jam per hari untuk mencegah dampak negatif.

Pilih Konten yang Edukatif Pilihkan konten yang bersifat edukatif dan mendukung perkembangan kognitif anak. Ajak anak untuk menonton video pembelajaran, dokumenter, atau membaca buku digital yang bermutu.

Dorong Aktivitas Fisik dan Sosial Ajak anak untuk aktif bergerak dan berolahraga. Aktivitas fisik dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan membantu mengurangi stres. Selain itu, dorong anak untuk berinteraksi dengan teman-teman secara langsung untuk mengembangkan keterampilan sosial mereka.

Tetapkan Rutinitas Tidur yang Sehat Pastikan anak memiliki jadwal tidur yang teratur dan cukup. Hindari penggunaan gawai setidaknya satu jam sebelum tidur untuk memastikan mereka mendapatkan istirahat yang cukup.

Sediakan Waktu untuk Belajar dan Berkreasi Dorong anak untuk selalu belajar hal baru dan berkreasi melalui kegiatan seni, seperti menggambar, melukis, atau bermain musik. Kegiatan ini dapat merangsang otak dan meningkatkan kreativitas.

Bangun Kebiasaan Membaca Biasakan anak untuk membaca buku setiap hari. Membaca adalah cara efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan memperkaya kosakata anak.

Libatkan Anak dalam Kegiatan Keluarga Ajak anak untuk terlibat dalam kegiatan keluarga, seperti memasak bersama, bermain permainan papan, atau berkebun. Kegiatan ini tidak hanya mempererat hubungan keluarga, tetapi juga memberikan anak kesempatan untuk belajar keterampilan baru.

Untuk mencegah Brain Rot dan mendukung perkembangan anak-anak Indonesia, berikut adalah tujuh kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang dicanangkan Kemendikdasmen:
Bangun Pagi Bangun pagi memberikan waktu tambahan untuk memulai hari dengan lebih produktif. Anak-anak yang terbiasa bangun pagi cenderung memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan kegiatan positif.

Beribadah Mengajak anak untuk beribadah secara rutin dapat membentuk karakter yang religius dan bermoral. Kegiatan ini juga memberikan kesempatan untuk refleksi diri dan ketenangan batin.

Berolahraga Aktivitas fisik seperti berolahraga tidak hanya baik untuk kesehatan tubuh, tetapi juga meningkatkan aliran darah ke otak, memperbaiki suasana hati, dan meningkatkan konsentrasi.

Baca Juga  Menghapus Stempel Rendah Sumber Daya Manusia (SDM)

Makan Sehat dan Bergizi Asupan makanan sehat dan bergizi sangat penting untuk perkembangan otak dan tubuh. Makanan yang bergizi dapat meningkatkan energi dan fokus anak dalam beraktivitas sehari-hari.

Gemar Belajar Dorong anak untuk selalu penasaran dan ingin tahu. Mempelajari hal-hal baru, baik itu melalui pengalaman langsung atau pembelajaran formal, dapat membantu otak tetap aktif dan berkembang.

Bermasyarakat Interaksi sosial yang sehat dapat membantu anak mengembangkan kemampuan komunikasi, empati, dan keterampilan sosial. Ajak anak untuk berinteraksi dengan teman-teman atau mengikuti kegiatan kelompok di lingkungan sekitar.

Tidur Cepat Istirahat yang cukup sangat penting untuk kesehatan otak dan tubuh. Tidur yang cukup dapat memperbaiki fungsi kognitif, mood, dan kesehatan secara keseluruhan.

Dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan ini, anak-anak Indonesia dapat terhindar dari brain rot dan berkembang menjadi individu yang cerdas, kreatif, dan berprestasi. Pengawasan dan dukungan orang tua sangat penting dalam proses ini untuk memastikan anak-anak mendapatkan manfaat maksimal dari aktivitas-aktivitas positif yang mereka lakukan.

Brain rot adalah masalah yang semakin mengkhawatirkan di era digital ini. Namun, dengan menanamkan kebiasaan-kebiasaan positif seperti yang diuraikan di atas, kita dapat membantu anak-anak Indonesia mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih baik dan menghindari dampak negatif dari konsumsi konten digital berlebihan. Mari kita dukung anak-anak kita untuk menjadi generasi yang hebat dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Reperensi :
Bappeda Provinsi Banten: Visi Provinsi Banten Emas Menjadi Fokus RPJPD Tahun 2025-2045
Nanang AH: Generasi Brain Rot dan Ancaman Nyata di Tengah Ambisi Indonesia Emas 2045
Antonius Nandiwardana: Brain Rot, Benarkah Otak Mengalami Pembusukan?

Budiawan Sidik A, Nurul Intan: Kekhawatiran Munculnya Generasi ”Brain Rot” di Tengah Mimpi Indonesia Emas 2045 Dartim Ibnu Rushd: Waspada Gejala Brain Rot, dan Nurlyanto: Upaya untuk Mengatasi Brain Rot pada Anak Indonesia.