Fajarbanten.co.id – Aktivitas tambang emas ilegal diduga masih berlangsung di wilayah Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten. Berdasarkan informasi warga, sedikitnya terdapat enam titik lokasi tambang di Desa Mangkualam yang beroperasi tanpa izin resmi, bahkan disebut melibatkan seorang oknum aparatur sipil negara (ASN) yang bertugas sebagai guru di salah satu sekolah dasar negeri di Kecamatan Cimanggu.
Salah seorang warga Cimanggu yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan, sejumlah tambang tersebut dikelola secara pribadi dan diduga sudah beroperasi sekitar dua tahun terakhir.
“Rata-rata tambang itu milik pribadi. Tapi ada juga milik oknum PNS berinisial SA, guru di SD Padasuka 4. Oknum itu punya dua tambang emas yang tidak berizin. Sudah berjalan kurang lebih dua tahun,” ungkap warga enggan disebutkan namanya, Senin 27 Oktober 2025.
Warga itu menambahkan, aktivitas pengolahan batuan emas dilakukan menggunakan mesin gulundung dan bahan kimia merkuri di sekitar tempat tinggal oknum tersebut.
“Di belakang rumahnya ada sekitar 60 unit mesin gulundung untuk mengolah batuan emas. Prosesnya pakai bahan kimia merkuri, limbahnya dibuang ke lubang sekitar 4×4 meter. Itu bahaya buat lingkungan,” ungkapnya.
Menurutnya, kegiatan tersebut berjalan tanpa hambatan karena adanya kelompok atau “paguyuban” penambang yang diduga memiliki sistem bagi hasil.
“Kelihatannya nggak pernah tercium aparat karena mereka punya paguyuban. Misalnya hasil tambang 10 gram, dua gramnya dibagi ke paguyuban. Katanya ketuanya itu oknum kepala desa Mangkualam,” tambahnya.
Sementara itu, Camat Cimanggu, Encun Sunayah, mengaku belum mendapatkan laporan pasti terkait aktivitas tambang emas di Desa Mangkualam. Ia menyebut belum pernah melakukan peninjauan langsung ke lokasi.
“Ya, mungkin kadang-kadang juga saya nggak tahu apakah sekarang masih beroperasi atau tidak, karena memang saya tidak memonitor,” kata Encun saat dikonfirmasi melalui sambungan seluler.
Ketika ditanya berapa jumlah lokasi tambang di wilayah tersebut, Encun mengaku tidak mengetahui secara pasti.
“Saya juga kurang paham ya, karena nggak pernah ke sana, belum pernah meninjau ke lokasi. Masalah tambang itu saya nggak terlalu mengerti juga,” ujarnya.
Encun menjelaskan, keberadaan potensi emas di wilayah Cimanggu sebenarnya sudah lama diketahui masyarakat, bahkan sebelum adanya aktivitas perusahaan tambang besar seperti PT Antam. Namun, pihak kecamatan tidak terlibat dalam pengelolaan tambang tersebut.
“Itu memang dari dulu, sebelum ada Antam juga masyarakat sudah tahu ada potensi emas di situ. Tapi saya tidak ikut campur masalah pengelolaannya. Lokasinya pun saya tidak tahu pasti di sebelah mana, karena belum pernah ke sana,” tuturnya.
Terkait perizinan, Encun menegaskan bahwa tambang-tambang tersebut belum memiliki izin resmi, namun pemerintah daerah telah mengusulkan agar kawasan itu dijadikan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR).
“Kalau soal izin, nggak ada karena memang ilegal. Tapi kami sudah usulkan ke Kementerian ESDM agar wilayah itu bisa dijadikan wilayah pertambangan rakyat. Pengusulan itu sudah melalui Bupati, diteruskan ke Gubernur, dan sekarang sedang diproses di Kementerian ESDM,” jelasnya.
“Bukan hanya tambang emas, tapi juga tambang batu dan tambang lain kami usulkan agar bisa dikelola secara resmi. Karena kalau sudah jadi WPR, izin bisa diturunkan oleh provinsi,” tambah Encun.
Namun, ia mengakui bahwa proses pengusulan tersebut tidak mudah karena sebagian wilayah tambang berada di kawasan yang sebelumnya masuk dalam wilayah kerja PT Antam.
“Memang sulit juga, karena dulu ada Antam. Jadi otomatis wilayah pertambangan rakyatnya tidak bisa diusulkan kalau masih beririsan dengan wilayah perusahaan itu,” katanya.
Encun juga menyebut, berdasarkan informasi yang diterimanya, sebagian besar lahan yang digarap para penambang merupakan lahan milik Perhutani.
“Setahu saya, lahannya milik Perhutani,” ujarnya.
Mengenai dugaan keberadaan “paguyuban penambang” yang disebut warga, Encun mengaku tidak mengetahui secara pasti.
“Kalau soal paguyuban penambang, saya juga kurang tahu. Tapi kemungkinan memang ada,”tandasnya. (Asep)
