Lebak – Permintaan kain tenun tradisional produksi masyarakat Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, kembali meningkat sehingga dapat menyumbangkan pendapatan ekonomi keluarga. Perajin tenun itu memproduksi sebanyak dua kain dalam seminggu, sehingga bisa menafkahi kebutuhan sehari hari.
“Kami sekarang memproduksi satu pekan sebanyak dua kain dan dijual Rp500 ribu, sehingga pendapatan Rp2 juta per bulan,” kata Marnah, seorang perajin penenun masyarakat Baduy di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Kamis (28/12/2023).
Produksi kain tenun tradisional yang dilakukan itu selama delapan tahun dan sempat tahun 2020 – 2021 menghentikan kegiatan akibat penyebaran COVID -19. Selama ini, permintaan produksi kain tenun tradisional masyarakat Baduy kembali normal.
“Semua produk kain tenun itu dijual ke penampung juga terkadang konsumen ke sini,” kata Marnah.
Begitu juga perajin lainnya, Iroh, warga Kampung Gajeboh yang mengaku dirinya kembali memproduksi kain tenun khas tradisional masyarakat Baduy setelah permintaan pasar normal. Produksi kain tenun tradisional itu paling mampu merampungkan satu kain dengan panjang 2 meter dan lebar 1,5 meter per pekan.
Sebab, dirinya tentu sudah tidak kuat untuk memproduksi dua kain per pekan, karena usia lanjut itu.
“Kami produksi satu kain per pekan bisa menghasilkan pendapatan Rp250 ribu,” kata Iroh.
Sementara itu, Sutisna, petugas Penyuluh Perindustrian Muda pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak mengatakan produksi kain tenun tradisional masyarakat Baduy dilakukan oleh kaum perempuan dan mereka mengerjakan di balai – balai rumah sambil menunggu suaminya datang dari ladang.
Mereka kaum perempuan memproduksi kerajinan tenun tradisional untuk membantu pendapatan ekonomi keluarga. Saat ini, kata dia, jumlah perajin kain tenun Baduy mencapai 600 orang dan proses produksi dilakukan secara tradisional dengan menggunakan alat sederhana serta tidak ada sentuhan teknologi modern dalam pengerjaannya.
Motif dan corak tenun Baduy itu memiliki filosofi yang mendalam sehingga berbeda dengan penenun dari daerah lain di Tanah Air. Filosofi corak dan motif tenun Baduy itu mengandung makna kecintaan terhadap lingkungan alam juga kebaikan, kerukunan, kedamaian sesama manusia.
Medi, salah satu pengunjung asal Warunggunung, Kabupaten Lebak mengatakan, dirinya kerap membeli tenun Baduy untuk diberikan sebagai buah tangan kepada para kolega bisnisnya.
“Saya kalau ke Baduy suka beli 5 atau 10 kain tenun Baduy untuk diberikan sebagai buah tangan kepada temen-teman atau kolega bisnis saya. Alhamdulillah, mereka senang, karena kain tenun Baduy memang bagus,” terang pengusaha asal Lebak itu. (Ajat)