Pengaruh Media Massa terhadap Persepsi Politik Masyarakat Indonesia

oleh

Oleh : Aisyah

Dalam era informasi ini, di mana berita dapat diakses dengan cepat dan mudah, pengaruh media menjadi semakin signifikan. Penyebaran informasi melalui berita, artikel, dan program-program diskusi memungkinkan masyarakat untuk tetap terinformasi mengenai isu-isu terkini. Namun, kualitas dan sudut pandang dari informasi tersebut sangat bervariasi, dan hal ini menuntut masyarakat untuk bersikap kritis terhadap apa yang mereka baca dan tonton.

Persepsi terhadap politik merupakan salah satu cara individu atau kelompok untuk menilai, menafsirkan, memahami fenomena politik yang terjadi dalam masyarakat. Di era digital, fenomena baru muncul di mana media sosial berperan dalam menciptakan polarisasi politik. Platform-platform modern seperti Facebook dan X memfasilitasi interaksi antara individu yang memiliki pandangan serupa. Dalam ruang ini, orang cenderung hanya terpengaruh pada informasi yang mendukung pandangan mereka sendiri, yang dapat memperdalam pepecahan dalam masyarakat dan meningkatkan ketegangan antar kelompok.

Berita yang mengungkap korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, atau pelanggaran Hak Asasi Manusia dapat menjadi faktor pendorong perubahan sosial dan politik. Dengan menyajikan fakta-fakta yang sebelumnya tidak terungkap, media memberikan alat bagi masyarakat untuk menuntut akuntabilitas dari penjabat publik dan institusi yang seharusnya melaksanakan tugasnya.

Pengaruh media terhadap perilaku pemilih juga sangat signifikan, terutama selama kampanye politik. Seperti saat ini, sedang maraknya kampanye politik dari calon gubernur dan wali kota dari beberapa provinsi. Berita dan politik tersebut membentuk cara pandang masyarakat terhadap calon-calon yang bertanding. Media berperan dalam menyoroti isu-isu penting yang menjadi fokus dalam kampanye.

Apakah media massa saat ini masih berfungsi sebagaimana mestinya?

Media massa dalam berbagai bentuknya tetap menjadi sumber utama informasi politik bagi banyak orang. Contohnya seperti televisi. Televisi saat ini tetap menjadi pilihan utama bagi sebagian masyarakat untuk mengikuti berita politik. Meskipun adanya media digital, program-program berita dan debat politik di televisi masih laku keras dan memiliki pengaruh besar, terutama dalam mempengaruhi opini publik. Namun, masalah tetap muncul ketika media menyajikan berita yang mengarah pada kecenderungan tertentu, masyarakat akan menilai gambaran yang tidak utuh tentang situasi politik yang sebenarnya.
Era digital terutama media sosial membawa tantangan baru untuk saat ini. Platform seperti X, Facebook, dan Instagram memudahkan siapa saja untuk berbagi informasi dan ikut berpartisipasi dalam bahasan politik tanpa batasan. Mereka diberi kebebasan berkomentar pada semua postingan dalam berbagai aspek. Namun, di balik kebebasan ini, ada kekhawatiran besar mengenai disinformasi dan manipulasi opini. Berita palsu (hoaks) cepat tersebar di media sosial, dapat mempengaruhi bagaimana masyarakat menilai tokoh politik, partai, maupun kebijakan tertentu. Seringkali, potongan-potongan informasi yang tidak terlihat akurat dan objektif terlihat di media sosial.

Peran media massa lebih dari sekadar penyebaran informasi. Media massa juga berperan dalam membentuk narasi politik yang dominan. Misalnya, media yang cenderung mendukung suatu ideologi politik atau partai tertentu dapat menciptakan kesan bahwa pandangan mereka harus diterima. Alih-alih menciptakan pendapat yang berbeda, media massa justru sering kali memperburuk perpecahan dengan menyoroti berita yang mengarah pada konflik. Hal ini dapat terlihat dalam pemilu atau saat debat politik berlangsung sengit. Masyarakat cenderung terpisah dalam masing-masing kubu, dengan perspektif yang bervariasi.

Namun media massa juga memiliki potensi besar untuk mendorong perubahan positif dalam politik. Jika digunakan dengan bijak, media dapat menjadi alat untuk meningkatkan partisipasi politik. Media massa yang berpegang pada prinsip jurnalisme yang akurat, bisa mendorong Masyarakat uuntuk lebih terinformasi dan berpikir kritis terhadap isu-isu politik.

Pada akhirnya, relevansi media massa terhadap persepsi politik saat ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Meskipun banyak tantangan yang muncul akibat distorsi informasi, media massa tetap memegang kunci dalam pembentukan opini publik. Tantangan terbesar bagi kita sekarang adalah memastikan bahwa media massa, baik tradisional maupun digital, tetap berfungsi sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya. Masyarakat juga harus lebih bijaksana dalam menangkap informasi, harus mengedepankan keakuratan dan kebenaran lebih dulu daripada hanya mengikuti arus opini yang viral.

*Penulis adalah Mahasiswa Pengantar Ilmu Politik, Prodi Kom, FISIP Untirta