Miris Dengan Kondisi Terumbu Karang, Program TPB Kembali Diluncurkan

oleh
Salah seorang penyelam saat berswafoto di tumpukan rak laba-laba yang menjadi media tanam terumbu karang di dasar lautan sedalam kurang lebih 5 meter. Daday

FAJARBANTEN.CO.ID – Lembaga Amil Zakat Harapan Dhuafa () Banten dan Indonesia bersama Forum Pelestari (F-PTK) Provinsi Banten, kembali lakukan Gerakan Rehabilitasi Terumbu Karang () di perairan , Kampung Ketapang, Desa Tunggaljaya, Kecamatan , Kabupaten Pandeglang, Rabu 30 Maret 2022.

GRTK yang dilaksanakan kali ini, merupakan program lanjutan dari GRTK Tahun 2021 lalu yang telah melakukan penanaman terumbu karang sebanyak 300 rak laba-laba di dua perairan pulau, yakni di Badul, Kecamatan Sumur dan di Liwungan, Kecamatan .

“Penanaman Terumbu Karang dengan menggunakan media tanam berupa rak laba-laba di perairan Pulau Badul dan Liwungan pada tahun 2021 itu, merupakan bagian dari Perluasan , melalui program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) PT. Telkom Indonesia,” jelas Pengelola Program Sosial dan , Community Development Center (CDC) Telkom Indonesia, Dian Lestari saat itu.

Dikatakannya juga, bahwa program TPB Perluasan Konservasi Terumbu Karang di tahun 2022 kali ini, pihaknya akan menargetkan penanaman Terumbu Karang sebanyak 500 rak laba-laba. Karena menurut Dian, kondisi Terumbu Karang saat ini tergolong memprihatinkan, khususnya di dua perairan di Pandeglang, pasca tersapu Tsunami 2018 lalu.

“Kita melihat lagi urgensinya, karena ini daerah yang punya potensi untuk pariwisata, namun rusak akibat bencana maupun ulah manusia, sehingga berdampak signifikan pada berkurangnya produktivitas warga dari segi pariwisata, maupun pada hasil tangkapan nelayan,” tambahnya.

Penampakan terumbu karang yang mulai tumbuh dari hasil penanaman pada saat GRTK di tahun 2021 lalu, pada kegiatan yang sama. Daday

Diakuinya juga, bahwa kegiatan konservasi Terumbu Karang ini, tergolong baru dilakukan di wilayah Provinsi Banten ini oleh PT Telkom Indonesia. Karena selama ini Telkom lebih fokus pada konservasi tanaman hutan dan mangrove. Maka itu dia berharap, konservasi Rerumbu Karang ini dapat menginspirasi dan memotivasi perusahaan lainnya untuk juga melakukan gerakan yang sama demi melestarikan lingkungan.

“Harapannya jika ini masih potensial, kami akan memperluas di daerah lain. Bahkan bagaimana caranya untuk melakukan monitoring dan memaksimalkan potensi yang ada di sini,” tandas Dian.

Sementara itu, Direktur Program dan Kemitraan Laz Harfa, Mamak Jamaksari menuturkan, konservasi Terumbu Karang tahun kedua ini adalah bentuk konkret melestarikan lingkungan sekaligus membantu nelayan dalam menjaga sumber mata pencahariannya.

“Soalnya, Terumbu Karang merupakan rumah bagi ikan mencari makan dan berkembang biak. Bila rumahnya rusak, maka populasi ikan akan menurun. Maka itu, mari kita bersama-sama mengembalikan melalui GRTK ini, untuk mengurangi risiko hilangnya pencaharian nelayan, lantaran ikan-ikan yang ada di pesisir semakin sedikit,” ucap Mamak.

Koordinator , Nurwarta Wiguna menjelaskan, selama ini konservasi Terumbu Karang kerap luput dari perhatian. Padahal, Terumbu Karang adalah benteng pertama yang mereduksi gelombang laut dan mencegah terjadinya abrasi bahkan derasnya terjangan arus Tsunami.

“Sementara saat ini, rumah bagi ratusan jenis ikan itu sudah lama rusak tanpa pernah diperbaiki. Tak heran jika saat ini nelayan semakin sulit mencari ikan. Selain akibat faktor alam, kerusakan itu juga terjadi karena nelayan menggunakan metode menangkap ikan tak ramah lingkungan, seperti penggunaan bom ikan,” ucapnya singkat. (Daday)