Serang, Banten – Tingginya angka karies atau gigi berlubang pada balita di wilayah pesisir Kabupaten Serang memantik keprihatinan sekaligus semangat pengabdian seorang dokter gigi. drg. Erlitha Azhari Dewi dari UPT Puskesmas Puloampel tidak hanya merespons dengan tindakan kuratif, tetapi melangkah lebih jauh dengan menciptakan inovasi edukatif bernama KLIK GITA (Konseling, Literasi, dan Komunikasi Kesehatan Gigi Balita).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa 93% anak usia lima tahun di Indonesia mengalami karies, dengan hanya 2,8% yang mendapat perawatan. Survei awal di wilayah kerjanya pada Desember 2024 mengonfirmasi parahnya masalah ini: 75% orang tua menganggap gigi susu tidak penting, dan 76% anak tidak dibiasakan menyikat gigi sebelum tidur.
“Permasalahan kesehatan gigi anak bukan hanya soal medis, tetapi menyangkut perilaku dan pengetahuan orang tua. Edukasi konvensional sering terkendala waktu dan partisipasi. Kami butuh pendekatan yang lebih dekat, berkelanjutan, dan mudah diakses,” ujar drg. Erlitha, menjelaskan latar belakang lahirnya KLIK GITA.
Strategi Tiga Pilar: Konseling, Literasi, dan Komunikasi
Inovasi ini dibangun atas tiga pilar utama. Konseling diberikan langsung kepada orang tua di Posyandu dan poli gigi. Literasi disebarkan melalui media menarik seperti buku cerita bergambar, poster, video animasi, dan alat peraga. Sementara Komunikasi dijaga kelangsungannya via grup WhatsApp yang mempertemukan orang tua, kader, dan tenaga kesehatan untuk diskusi dan konsultasi harian.
Program yang dirancang secara partisipatif ini melibatkan kader Posyandu dan guru PAUD yang dilatih sebagai ujung tombak edukasi. Kegiatan sikat gigi bersama, permainan interaktif, dan pembagian paket sikat gigi menjadi momen menyenangkan yang mengubah persepsi anak tentang perawatan gigi.
Dampak Nyata: Perilaku Berubah, Karies Menurun
Setelah tiga bulan implementasi, hasilnya signifikan. Persentase orang tua yang melaporkan anaknya menyikat gigi dua kali sehari melonjak dari 35% menjadi 78%. Yang lebih menggembirakan, terjadi penurunan kasus gigi berlubang pada balita. Anak-anak mulai mengingatkan anggota keluarganya untuk sikat gigi bersama, menunjukkan internalisasi perilaku sehat sejak dini.
“Melalui pendekatan yang humanis dan media yang menyenangkan, edukasi tidak lagi menakutkan. Kami membangun kepercayaan, bukan sekadar menyampaikan instruksi,” tambah drg. Erlitha.
Pengabdian Melampaui Batas Geografis
Pengabdian drg. Erlitha tidak berhenti di balik klinik. Dengan semangat tanpa kenal lelah, ia rela menyeberangi lautan dengan perahu untuk menjangkau masyarakat di Pulopanjang yang sulit diakses. “Perahu dan ombak bukan penghalang. Justru di sanalah letak makna pengabdian sebenarnya,” katanya dengan keteguhan.
Inspirasi untuk Replikasi Nasional
Keberhasilan KLIK GITA telah mengubah program inisiatif ini menjadi kegiatan rutin yang terintegrasi dengan sistem Puskesmas. Kini, inovasi ini mulai direplikasi ke Posyandu dan lembaga pendidikan lain di sekitar Kecamatan Puloampel, dengan potensi untuk diadopsi secara nasional.
drg. Erlitha Azhari Dewi membuktikan bahwa inovasi tidak harus rumit dan mahal. Ketulusan hati, kolaborasi, dan konsistensi dalam pengabdian mampu menciptakan perubahan besar, dimulai dari sebuah senyum sehat balita di pesisir Serang.*
